Hum. Hum. Hum.
I'm longing for some rain falling in this town.
I'm longing for calming cheering shelter everytime I'm alone.
I'm longing for a big smile welcoming my days.
I'm longing for your words spoken on those days I still can't forget.
I'm longing for your calling in the middle of the night.
I'm longing for everything I fell for.
I'm longing for you.
P.S.: Lagi sebel sama seseorang yang nyuekin saya akhir2 ini. Liatinn~ Huh. Males banget. Situ kecakepan sampe nyuekin saya? Ntar karma lho. Hihihi~ *tawa iblis*
P.S.2.: Lagi keinget sama sepaket momen yang belom bisa saya lupain. Argh. I wish I could get over this. ==;
X.BOX.: Lagi pengen latian MD. *kabur* Hihihi~
Nite, guys.
Thursday, September 28, 2006
Saturday, September 23, 2006
Megabass itu
Rantai pagi menguntai perak, satu semesta menyapa barat: aku memuja.
Belai angin membuka tirai, sejenak angkasa menghormat: aku berdoa.
Helatan bintang di utara, berpendar sesabuk nila: aku terpana.
Harapan beku yang membara, terbawa angan sebentuk jiwa: aku berdoa.
Aduan ego cahaya di horison jingga, terang atau tenggelam garisnya:
dua titik milik dunia yang bertaut pada satu tanda.
Laguan nada rasa di hujung detik tersisa, tangis atau nyanyi bahagia,
lepas atau genggam tangannya: aku ingin kita melebur ke udara berdua.
Jangan. Pergi. Lagi.
[Catatan Emosi. Jatinangor, 21 September 2006]
Belai angin membuka tirai, sejenak angkasa menghormat: aku berdoa.
Helatan bintang di utara, berpendar sesabuk nila: aku terpana.
Harapan beku yang membara, terbawa angan sebentuk jiwa: aku berdoa.
Aduan ego cahaya di horison jingga, terang atau tenggelam garisnya:
dua titik milik dunia yang bertaut pada satu tanda.
Laguan nada rasa di hujung detik tersisa, tangis atau nyanyi bahagia,
lepas atau genggam tangannya: aku ingin kita melebur ke udara berdua.
Jangan. Pergi. Lagi.
[Catatan Emosi. Jatinangor, 21 September 2006]
Sunday, September 17, 2006
bukan mimpi
TADI MALAM SAYA DUET SAMA TOMPI..
Sebagai pengagum akut penyanyi bersuara khas ini, udah 2 kali saya nungguin Tompi manggung di satu event. Beberapa bulan yang lalu, saya nunggu dia tampil di MUSIKATULISTIWA UI, dan setelah ditunggu dari jam 6 sore sampai jam 11 malem dengan berdiri plus perut sakit maag ditengah kerumunan ratusan orang yang dempet2 nonton konser (akhirnya cuma bisa nonton Samsons dan Jamaica Cafe) Tompi yang saya tunggu gak keluar2. Saya pulang. --;
Tapi kemarin, setelah debat dari jam 7 pagi, saya pengen banget bisa nonton Tompi. Janjinya jam 7, tapi secara gak mungkin, denger2 dari panitia jam 8 baru mendarat dari Malaysia, dan saya jam 9an udah dijemput, saya udah hampir putus asa. Ga brapa lama, jam 9an, saya dikasih tau kalo Tompi udah dateng dan lagi di atas. Well, intention pertama adalah untuk berdiri paling depan dan teriak paling keras juga nyanyi paling pol pas dia nyanyi.
Sukses. Saya sukses berdiri paling depan. Saya familiar dengan semua lagunya, saya hafal beberapa lagu, gak cuma Selalu Denganmu doang. Sayangnya, setelah nengok beberapa kali ke belakang, yang bener2 ngefans sama Tompi cuma saya doang. Secara gak ada yang ngikutin nyanyi lagu dia selain Selalu Denganmu. Saya? Masih di posisi terpewe, paling depan, nyanyi2 semua lagu dia, hafal.
Apa yang terjadi adalah: saya ditarik naik, di lagu Tentang Kamu, saya diajak duet. Full song. On stage. Tepat berdiri dan nyanyi di samping satu-satunya penyanyi indonesia yang saya kagumi musikalitasnya. (coba cari tau gimana dia perform, teknik yang keren, suara khas, soul jazz yang menurut saya jauh lebih bagus daripada Indra Lesmana)
KEREN BANGET. KEREN BANGET. KEREN BANGET. Dan saya sempet duet bareng dia.
ARGH. Seneng banget. Banget.
Bangga banget pernah sepanggung sama Tompi, satu-satunya alasan saya nonton Miss Indonesia kemarin, kalo gak salah. Satu-satunya penyanyi yang lagunya ada di track no.1 hampir semua CD kompilasi yang saya buat. Bahkan lagu ini belum saya hapus dari PDA sejak pertama kali saya masukin, mungkin sekitar setaun yang lalu. Keren banget.
Salut untuk Tompi. Salut untuk Smak3 Week.
Oh ya, untuk foto saya dengan Tompi, ada di kamera SLRnya Felix PO, dia sempet foto gitu kayaknya dari jauh, dan ada juga di hapenya Andre debat. So, bakal ada updates lagi.
Selalu denganmu..
Sebagai pengagum akut penyanyi bersuara khas ini, udah 2 kali saya nungguin Tompi manggung di satu event. Beberapa bulan yang lalu, saya nunggu dia tampil di MUSIKATULISTIWA UI, dan setelah ditunggu dari jam 6 sore sampai jam 11 malem dengan berdiri plus perut sakit maag ditengah kerumunan ratusan orang yang dempet2 nonton konser (akhirnya cuma bisa nonton Samsons dan Jamaica Cafe) Tompi yang saya tunggu gak keluar2. Saya pulang. --;
Tapi kemarin, setelah debat dari jam 7 pagi, saya pengen banget bisa nonton Tompi. Janjinya jam 7, tapi secara gak mungkin, denger2 dari panitia jam 8 baru mendarat dari Malaysia, dan saya jam 9an udah dijemput, saya udah hampir putus asa. Ga brapa lama, jam 9an, saya dikasih tau kalo Tompi udah dateng dan lagi di atas. Well, intention pertama adalah untuk berdiri paling depan dan teriak paling keras juga nyanyi paling pol pas dia nyanyi.
Sukses. Saya sukses berdiri paling depan. Saya familiar dengan semua lagunya, saya hafal beberapa lagu, gak cuma Selalu Denganmu doang. Sayangnya, setelah nengok beberapa kali ke belakang, yang bener2 ngefans sama Tompi cuma saya doang. Secara gak ada yang ngikutin nyanyi lagu dia selain Selalu Denganmu. Saya? Masih di posisi terpewe, paling depan, nyanyi2 semua lagu dia, hafal.
Apa yang terjadi adalah: saya ditarik naik, di lagu Tentang Kamu, saya diajak duet. Full song. On stage. Tepat berdiri dan nyanyi di samping satu-satunya penyanyi indonesia yang saya kagumi musikalitasnya. (coba cari tau gimana dia perform, teknik yang keren, suara khas, soul jazz yang menurut saya jauh lebih bagus daripada Indra Lesmana)
KEREN BANGET. KEREN BANGET. KEREN BANGET. Dan saya sempet duet bareng dia.
ARGH. Seneng banget. Banget.
Bangga banget pernah sepanggung sama Tompi, satu-satunya alasan saya nonton Miss Indonesia kemarin, kalo gak salah. Satu-satunya penyanyi yang lagunya ada di track no.1 hampir semua CD kompilasi yang saya buat. Bahkan lagu ini belum saya hapus dari PDA sejak pertama kali saya masukin, mungkin sekitar setaun yang lalu. Keren banget.
Salut untuk Tompi. Salut untuk Smak3 Week.
Oh ya, untuk foto saya dengan Tompi, ada di kamera SLRnya Felix PO, dia sempet foto gitu kayaknya dari jauh, dan ada juga di hapenya Andre debat. So, bakal ada updates lagi.
Selalu denganmu..
Thursday, September 14, 2006
contemplations
Jujur. Beberapa hari-eh,minggu-ini, I've been anxious about how I could manage myself to be some sort of 'successful' person in the upcoming future.
*bergidik*
Contohnya, minggu lalu saya udah ngumpulin semua sertifikat dan ijazah buat difotokopi untuk admission ke univ. Gila, baru sadar, padahal ngambil rapor midsmester aja belom. Contohnya lagi, saya gelisah setengah mati pengen punya 1 gelar lagi dalam lomba debat supaya CV saya untuk admission ke univ kelihatan luar biasa indah. Padahal~ --"
Freak. Tapi ga tau, gelisah aja gitu. Mungkin karna saya sudah terlalu banyak berhadapan sama orang2 yang sukses di bidangnya, contohlah beberapa orang mantan coach smukie yang luar biasa sukses, Melanie dan Astrid, dan saya mati2an pengen jadi kayak mereka. Melanie sekarang entah udah ada di belahan dunia mana, fasih beberapa bahasa sekaligus, dan salah satu orang yang paling direspek di EDS UI. Astrid udah kerja baru lulus, dan mantan coach yang satu ini dapet beasiswa Samsung satu-satunya dari Indonesia untuk S2 (kalo ga salah) yang mana diperebutkan banyak sekali orang.
I'm an idealist. I set my bar too high, I wanna be like one of them. I admire them, and I want to be someone people would admire in return. *gila ya*
Tapi mungkin. It's just not the time. Saya masih harus membiarkan beberapa rencana tak terduga berjalan di hidup saya. Yang flow free, ga di expect too much out of it: seperti fantasi saya bisa mendapatkan 1 gelar juara debat dan jadi tim Jakarta untuk ISDC. Hal ini dulu imajinasi yang menyenangkan, but it corrupts me from the inside.
Corrupts me?
I keep telling myself that I have to be that way. I have to be the team. I have to win. I have to get another achievement. I have to collect as many certificates as I could. I have to not let go every single chance of competition. I have to be like this. I have to be like that...
Kebayang gak sih, saya masih ngerasa 20-an sertifikat berbagai pelatihan dan lomba masih gak cukup untuk bisa masuk univ yang bagus. Saya paranoid tentang kemungkinan saya gak ngalahin tim sekolah lain di lomba debat dan kalah. Saya paranoid tentang kenapa order design datengnya satu2 gak sekaligus bejibun biar duitnya lebih banyak. Saya takut nama saya dilupakan di dunia debat. Saya takut saya gak bisa jadi apa yang saya bayangkan saya akan jadi.
Pada detik ini, saya sadar saya gila. *walopun katanya gak ada orang gila yang ngaku gila*
Iya yah. Saya gila, ternyata. Saya gila. Saya gila.
Suddenly I'm tired of my own expectations. Gilanya, barusan saya berpikir, mungkin selama ini saya bahkan expect myself untuk ga tired of own expectations, jadi saya gak pernah ngaku kalo saya capek dengan semua tuntutan diri sendiri ini, padahal, bayangin deh, saya lagi belajar biologi trus ngebayangin beberapa hal di atas dan saya paranoid setengah mati. Hal-hal simpel yang mungkin gak ada remaja di dunia ini yang capek2 mikirin.
*barusan saya ngomong saya masih remaja? well, jadi inget bahwa seseorang bernama Abi gak pernah nganggep saya remaja 17tahun karna katanya dengan pace secepat ini saya akan bosan dengan hidup saya sendiri di umur 30 tahun*
I'm wearing down with too many expecations, and now I'm just afraid, someday my own expectations kill me instead of making me something I want myself to be.
Yeah. Finally I could understand. I'm worried too much about my future.
Too frikkin' much.
I wanna be successful like them, but, hey, am I just successful in my own way? Now I'm good. I'm doing what I like, I'm a designer, people just love my design, I'm getting some money from it, I smile, I could be with my friends, I have love life, what's less?
*linking back to why I wanna write this thing in the first place, I would answer: I wanna be the best and prove people that I could*
But hey. That, I could get when it's time. For now, this is simply enough. I change my mind, I just wanna be an ordinary person. Very contradictive, seeing that this is what I've been avoiding all these years. But, all I get is just enough.
Kalau saya memang born to be successful seperti beberapa orang yang saya kagumi, ya, maybe that's how my future could be like, but not now. For now, I'll just be thankful of everything I get: family, love, friends, money, and carier.
Udah nulis sampe bawah gini dan nengok ke apa yang saya tulis di atas (baca: success sindrome) saya jadi serem sendiri.
Ini penyakit bukan ya? *serem* Lega. Nite, guys.
*bergidik*
Contohnya, minggu lalu saya udah ngumpulin semua sertifikat dan ijazah buat difotokopi untuk admission ke univ. Gila, baru sadar, padahal ngambil rapor midsmester aja belom. Contohnya lagi, saya gelisah setengah mati pengen punya 1 gelar lagi dalam lomba debat supaya CV saya untuk admission ke univ kelihatan luar biasa indah. Padahal~ --"
Freak. Tapi ga tau, gelisah aja gitu. Mungkin karna saya sudah terlalu banyak berhadapan sama orang2 yang sukses di bidangnya, contohlah beberapa orang mantan coach smukie yang luar biasa sukses, Melanie dan Astrid, dan saya mati2an pengen jadi kayak mereka. Melanie sekarang entah udah ada di belahan dunia mana, fasih beberapa bahasa sekaligus, dan salah satu orang yang paling direspek di EDS UI. Astrid udah kerja baru lulus, dan mantan coach yang satu ini dapet beasiswa Samsung satu-satunya dari Indonesia untuk S2 (kalo ga salah) yang mana diperebutkan banyak sekali orang.
I'm an idealist. I set my bar too high, I wanna be like one of them. I admire them, and I want to be someone people would admire in return. *gila ya*
Tapi mungkin. It's just not the time. Saya masih harus membiarkan beberapa rencana tak terduga berjalan di hidup saya. Yang flow free, ga di expect too much out of it: seperti fantasi saya bisa mendapatkan 1 gelar juara debat dan jadi tim Jakarta untuk ISDC. Hal ini dulu imajinasi yang menyenangkan, but it corrupts me from the inside.
Corrupts me?
I keep telling myself that I have to be that way. I have to be the team. I have to win. I have to get another achievement. I have to collect as many certificates as I could. I have to not let go every single chance of competition. I have to be like this. I have to be like that...
Kebayang gak sih, saya masih ngerasa 20-an sertifikat berbagai pelatihan dan lomba masih gak cukup untuk bisa masuk univ yang bagus. Saya paranoid tentang kemungkinan saya gak ngalahin tim sekolah lain di lomba debat dan kalah. Saya paranoid tentang kenapa order design datengnya satu2 gak sekaligus bejibun biar duitnya lebih banyak. Saya takut nama saya dilupakan di dunia debat. Saya takut saya gak bisa jadi apa yang saya bayangkan saya akan jadi.
Pada detik ini, saya sadar saya gila. *walopun katanya gak ada orang gila yang ngaku gila*
Iya yah. Saya gila, ternyata. Saya gila. Saya gila.
Suddenly I'm tired of my own expectations. Gilanya, barusan saya berpikir, mungkin selama ini saya bahkan expect myself untuk ga tired of own expectations, jadi saya gak pernah ngaku kalo saya capek dengan semua tuntutan diri sendiri ini, padahal, bayangin deh, saya lagi belajar biologi trus ngebayangin beberapa hal di atas dan saya paranoid setengah mati. Hal-hal simpel yang mungkin gak ada remaja di dunia ini yang capek2 mikirin.
*barusan saya ngomong saya masih remaja? well, jadi inget bahwa seseorang bernama Abi gak pernah nganggep saya remaja 17tahun karna katanya dengan pace secepat ini saya akan bosan dengan hidup saya sendiri di umur 30 tahun*
I'm wearing down with too many expecations, and now I'm just afraid, someday my own expectations kill me instead of making me something I want myself to be.
Yeah. Finally I could understand. I'm worried too much about my future.
Too frikkin' much.
I wanna be successful like them, but, hey, am I just successful in my own way? Now I'm good. I'm doing what I like, I'm a designer, people just love my design, I'm getting some money from it, I smile, I could be with my friends, I have love life, what's less?
*linking back to why I wanna write this thing in the first place, I would answer: I wanna be the best and prove people that I could*
But hey. That, I could get when it's time. For now, this is simply enough. I change my mind, I just wanna be an ordinary person. Very contradictive, seeing that this is what I've been avoiding all these years. But, all I get is just enough.
Kalau saya memang born to be successful seperti beberapa orang yang saya kagumi, ya, maybe that's how my future could be like, but not now. For now, I'll just be thankful of everything I get: family, love, friends, money, and carier.
Udah nulis sampe bawah gini dan nengok ke apa yang saya tulis di atas (baca: success sindrome) saya jadi serem sendiri.
Ini penyakit bukan ya? *serem* Lega. Nite, guys.
Monday, September 11, 2006
several updates
1. I really love the song Copeland - Coffee. You really should listen to it.
2. I desperately want to go to Lembang next week. Whether there's any chance I could get to Gereja Karmel Lembang and enjoy some cold breezy afternoon; I'd like to pray there.
3. In the end of the week, I'll be joining Smak 3 Debate Competition. And Andre just informed me that Yove SangTi is in the debater list. Apparently, Yove's bringing the strongest team. We'll see. ;)
2. I desperately want to go to Lembang next week. Whether there's any chance I could get to Gereja Karmel Lembang and enjoy some cold breezy afternoon; I'd like to pray there.
3. In the end of the week, I'll be joining Smak 3 Debate Competition. And Andre just informed me that Yove SangTi is in the debater list. Apparently, Yove's bringing the strongest team. We'll see. ;)
Saturday, September 09, 2006
Siapa bilang anak smukie gak bisa graffiti?
Kemarin saya lomba graffiti di Smukie Cup - Honda Goes To School. Jam 1 siang sampai jam 5 sore. Bayangkan saya yang kepanggang setengah mau muntah gara2 matahari yang panasnya brengsek itu. --; Graffiti. Graffiti. Graffiti. Persiapannya 3 hari, selasa rabu kamis, saya dan teman2 satu tim latian di rumah saya sampai jam setengah sepuluh malam. Siapa aja? Saya, Dennice Cumi, Aaron Botak. Saya gak tau menang apa engga, tapi dari kemarin rumor yang saya denger sih saya ga menang, tapi anak Permai yang menang. Mau lihat mereka punya? Percaya deh, bagusan saya punya. Sounds cocky, but it's the truth. Kalaupun sampe akhirnya ga menang, yang penting banyak yang suka graffiti ini at their first glance. And that's some personal achievement for me.
Wednesday, September 06, 2006
if it's not too late
There's plenty of time left tonight, I promised I'd have you home before daylight
We do the best we can in a small town, act like big city kids when the sun goes down
There's so many things I have to say, I'll stay up all night to hear about your day
We do the best we can in a small town, act like kids in love when the sun goes down
If it's not too late for coffee, I'll be at your place in ten
We'll hit that all night diner, and then we'll see
Copeland - Coffee
Uhm. Lama ga ngepost. A thousand feelings. Saya bahkan ga ngerti kenapa dapet rollercoaster of mood gini. It hangs me on everywhere. Antara semua perasaan. Would love to take a break at some place that'd calm me down the most. Make me laugh. Make me smile. Make me sigh thankfully. I reminisce some journey accross the town. Masih pengen banget ngabisin satu hari di tempat2 yang memorable, djakter to sarinah, sarinah to ex, all those places.
But today and tomorrow, I'll just stick to the graffiti competition on friday and tons of test next week. Like I would sleep with the lights on.
Cheers.
We do the best we can in a small town, act like big city kids when the sun goes down
There's so many things I have to say, I'll stay up all night to hear about your day
We do the best we can in a small town, act like kids in love when the sun goes down
If it's not too late for coffee, I'll be at your place in ten
We'll hit that all night diner, and then we'll see
Copeland - Coffee
Uhm. Lama ga ngepost. A thousand feelings. Saya bahkan ga ngerti kenapa dapet rollercoaster of mood gini. It hangs me on everywhere. Antara semua perasaan. Would love to take a break at some place that'd calm me down the most. Make me laugh. Make me smile. Make me sigh thankfully. I reminisce some journey accross the town. Masih pengen banget ngabisin satu hari di tempat2 yang memorable, djakter to sarinah, sarinah to ex, all those places.
But today and tomorrow, I'll just stick to the graffiti competition on friday and tons of test next week. Like I would sleep with the lights on.
Cheers.
Subscribe to:
Posts (Atom)