Wednesday, February 04, 2009

pulang

Beberapa langkah kaki cepat mengikuti suara besi gembok dari pintu pagar tua yang beradu, dan sampai pada satu waktu ketika serangkaian penantian itu melepas, maka ia pun berlepas, berlari masuk ke dalam rumah tua yang entah berapa tahun tak pernah sekali pun ia kembali.

Deru seperti seribu langkah beradu dengan ubin dingin, menghambur keluar seperti penantian yang selalu ditunggu-tunggu, seperti udara Januari yang seketika menjadi hangat; mereka berpelukan dalam gelap karena mereka tahu tak ada lagi yang tak terayakan kali ini, ia kembali.

Satu-satu dari mereka menyampaikan salam ke surga, menghantar ribuan kalimat terima kasih, ke tiap tiap dari tuhan mereka, ribuan kali mengucap dan menengadah dengan haru yang jatuh tulus, selagi pipi-pipi itu tertawa dan tersenyum dan berpelukan dan bernyanyi dalam diam.

Tidak hanya satu rumah, tapi juga berjuta rumah lain di tiap petak belahan bumi, di mana jiwa-jiwa yang rindu telah kembali ke rumah; pulang, ke halaman diri.

Rumah itu hanya di gang kecil, dan di luar terasap entah dingin atau rokok yang terhisap, jalanan becek, hawa berangin malam dingin habis hujan, gelap hanya temaram lampu jalan yang menerangi waktu; ketika aku berjalan melewati rumah itu, aku tahu.

Aku lalu memanggil bulan untuk menyibak tingkap gelap, aku memanggilnya untuk merayakan;

Pulang.

No comments: