Saturday, December 03, 2005

marathon

Yesterday was a huge marathon. For me. 15 jam lebih di luar rumah. And I got it tired, got it overly hectic. And that was a blast for me, running all over the town till evening.

From the lightest morning until the busiest evening, I was there. Doing the marathon.

Mari kita mulai.


Dari pagi, jam 6 lewat dikit, sampe jam 12 siang - belajar di kelas. Belajar doang? Boro2. Dimulai dengan olahraga voli pagi2, sampe bikin rada sakit kepala. Trus ulangan geografi. Trus pelajaran-pelajaran yang membosankan.

Kurang lebih jam 1, gue keluar kelas dengan ijin untuk latihan drama pentas seni di ruang Lab Kimia lantai 6. Cukup sibuk, secara gue mondar mandir tangga darurat nyari si Bu Geografi, dan sialnya gak ketemu.

Iklan - Hujan turun dengan sukses.

Dengan diselingi beberapa kali turun naik lantai 4 ke 6 untuk mengontrol pembuatan mading di lantai 4, juga diselingi lari sungguh2 dari lantai 6 -> lantai 1 -> multiplus -> lantai 1 -> lantai 6 dengan naik tangga secara sumpah capek banget, gue latihan drama sampai jam 5.

Jam 5, setengah berlari, menuju mobil mencari sopir.

'Pak, ke Menteng, Jalan HOS Cokroaminoto.'

Sial. Pake berdebat sebentar lagi sama sopir, secara ternyata baru sadar, lagi 3 in 1 kalo mau masuk dari Sudirman. Ini di menteng, dan harus ke sana sekarang, dan harus ga lewat 3 in 1, karena cuma berdua sama supir.

'Bukannya masuk dari Cikini bisa, ya?'

Astaga. Nyatanya, pinteran gue daripada sopir gue. Dia setuju, kita meluncur dari sekolah jam 5 lebih ke menteng, lewat tomang. Kondisi mengkhawatirkan: memakai baju sekolah lengkap yang sudah sedemikian lusuh.

Jam 5 sampai jam setengah tujuh: lalu lintas sore yang macetnya sungguh gila luar biasa. Tanjung duren - Tomang ditempuh 1 jam, dengan kondisi AC mobil yang panasnya parah. Sampe ketiduran lagi gue. Sialnya, selagi ketiduran sopir gue mengganti kaset Frank Sinatra gue dengan Radio Elshinta.

Gue sampe apal pidatonya Jusuf Kalla tentang AIDS yang menyebar lewat jarum suntik. Parah.

Jam setengah 7 gue mulai nyampe di kawasan Patung Tani, dengan langit yang uda sangat gelap, dan mencoba membaca jalan untuk ke menteng. Patung Tani -> Cut Mutia -> Cokroaminoto. Untung gak lama nyari tempat ini: Dapur Cokelat.

Mau ngapain di dapur Cokelat? Beli kue. Secara ngutang kue buat anak2 sekelas, gue mutusin beli di Dapur Cokelat. Secara enak banget banget kuenya gitu.

Gue nyampe di sana, trus telpon-telponan nego ttg kue sama nyokap, trus beli. Deal kuenya, gue end up kelaperan karena belum makan dari jam 11 pagi, gue beli Strawberry Cake dan menikmati sepotong kue tersebut di salah satu mejanya, sambil menatap lalu lintas luar.

Dapur Cokelat itu sumpah cozy banget. DAN kuenya enak. Gue makan di sana sekaligus nungguin 3 in 1 yang habis jam 7, soalnya gue masih harus keluar ke sudirman trus ke Semanggi - Atma Jaya buat jemput cici gue.

Pas lagi makan, tiba2 ada sesosok cewek yang masuk.

Seorang cewek, putih, aksen wajahnya itu jepang banget, let's say 24-25 tahunan, gak tinggi, dengan blazer hitam dan rok span hitam, gayanya eksekutif muda abis. Dan gayanya kantoran banget. Milih kue-kue coklat dan bola-bola coklat yang kelihatannya imut itu. Sophisticated, I judge.

So. Is this the famously-known-afterwork life?

Lanjut, jam 7 gue jalan sama sopir gue ke sudirman, menuju semanggi. MACET. BANGET. Dan.. baru sadar, banyak banget mobil yang keluar masuk bangunan kantor yang menjulang2 tersebut. Dan.. di Sudirman itu kan bangunannya dempet2 banget. Jadi ngeliat rush nya gitu. Banyak banget pekerja kantoran yang keluar dengan mobilnya, yang sibuk nyari kendaraan, dengan jas-jas kantor dan tas-tas yang menurut gue.. nyokap gue banget.

Ditambah saat itu masih hujan rintik-rintik. Satu jalan sudirman rame, macet banget, gue menyaksikan sendiri fenomena kota ini. Jujur, gue jarang banget keluar malem, apalagi workdays kayak kemaren. Dan jarang banget ngelewatin kantor-kantor di Thamrin - Sudirman jam 8 ke atas. Dan baru sekarang gue tau.. this is life.

Sibuk banget. Dikejar waktu. Dikejar rumah. Dikejar kerjaan. Banyak yang pulang kantor sendirian. Banyak yang lalu ke coffeeplace buat nongkrong sebentar. Banyak yang ke FitnessFirst sebelum pulang. Banyak yang pas nyampe di mobil langsung telpon rumah nanyain kabar keluarga, atau sekedar denger suara anak.

This is, surely, the famously known afterwork life. I witnessed it by myself.

Gue di dalam mobil, tetep, mencoba sebisa mungkin menikmati dan membahas kesibukan orang kota satu persatu di kepala gue, sambil gue menempelkan speaker PDA yang mendengungkan Selalu Denganmu.

Ah. Jadi inget cewek yang tadi ketemu di Dapur Coklat. Dia bisa ngebandingin dirinya sama gue yang juga masih pake seragam-seragam sma-gak ya?

Baru sadar aja, ternyata satu kota baru ketauan hidupnya kalau malam, ya? Esmud, bos2, youngsters. Dan sesampainya gue di Plasa Semanggi demi makan malam, sendirian, gue semakin merasa semuanya itu. The business.

Satu hari udah selesai lagi. Satu hari yang sibuk, sama kayak gue. Cuma beda kasta dan umur aja. Sadar gak sadar, I'm just as busy as them. Dan gue pengen saat gue juga mengalami afterwork life kayak mereka, I already have a person to settle down.

Untuk berteduh. Dari hujan dan kehidupan. Boleh, kan?

Gue pun akhirnya end up di Atma Jaya, setelah dinner sendirian di Plangi, nungguin cici. Jam setengah 9, cici dateng, kita pun pulang. Masih. Masih dengan seragam sma yang beraroma Kenneth Cole tapi lecek.

What a day.

No comments: